25 Desember 2008

Siapkah Sekolah Menerima Internet?

Tema diskusi menarik dalam seminar yang diadakan oleh Forum Teknologi Informasi untuk Pendidikan (FORTIP) di Hotel Atlet Century Senayan, tanggal 27 Desember 2007. Saya sendiri membawakan materi berjudul “Memikirkan Kembali Internet untuk Sekolah”. Diskusi saya buka dengan bagaimana perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatan Internet di berbagai bidang. Dan di balik semua manfaat itu, ternyata dunia Internet juga membawa sisi dunia gelap dan cybercrime, diantaranya adalah pornografi, cracking activities, carding dan software piracy. Siapkah sekolah menerima semua manfaat dan mudharat Internet itu?

Menariknya, Indonesia dengan penetrasi Internet yang relatif rendah (8%), tapi memiliki nama yang terang benderang dalam dunia cybercrime. Ini sebenarnya karena anak muda kita punya potensi yang bagus, tapi kurang adanya ajang untuk berkompetisi secara legal. Sedangkan pornografi sendiri bisa dicegah dengan tiga cara: hukum, teknologi dan socio-culture. Hukum dan teknologi relatif kurang efektif, dan boleh dikatakan bahwa pendekatan socio-culture, yaitu dengan membuat sang anak sibuk di Internet dengan berbagai penugasan dan kegiatan kreatif adalah solusi terbaik.

Bagaimanapun juga, menurut saya Internet masuk sekolah adalah program yang harus didukung oleh seluruh komponen bangsa. Karena Internet memiliki manfaat yang besar dalam pembentukan SDM generasi muda kita, yaitu:

* Membuka mata dan wawasan ke dunia luas
* Membentuk generasi yang kreatif, produktif dan mandiri
* Sumber ilmu pengetahuan tanpa batas
* Membantu mempermudah kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan berbagai otomasi dan sistem informasi

Adanya kesalahan pandang bahwa Internet masuk sekolah hanya membawa arti di bawah, harus segera diluruskan.

* Internet masuk sekolah = koneksi Internet masuk sekolah
* Internet = alat browsing, email dan chatting
* Internet = alat lihat gambar dan video porno
* Internet = tempat siswa mencari berbagai informasi secara bebas tanpa kontrol
* Internet = menggantikan peran guru secara keseluruhan
* Internet masuk sekolah = synchrounous learning

Syarat sekolah siap menerima Internet ketika pemahaman kita sudah sama bahwa Internet masuk sekolah berarti:

* Komputer dan koneksi internet bisa dinikmati seluruh siswa dan guru
* Konten pendidikan berbasis Internet bisa dinikmati seluruh siswa dan guru
* Proses kegiatan sekolah bisa didukung dan diotomasi oleh Internet (sistem informasi)
* Guru siap dengan konten pendidikan dan penugasan ke siswa sehingga siswa tidak terjebak ke konten negatif
* Siswa dan guru harus sadar Internet bisa mencetak generasi kreatif , produktif, dan mandiri, tapi juga bisa mencetak generasi busuk tak bermoral

Ada keluhan bahwa kita kekurangan SDM dan infrastruktur? Bisa kita mulai dari kreatifitas dengan peralatan dan skill sederhana. Model pendidikan kreatifitas ala Jepang lewat kompetisi di acara TV “Masquerade” dan Singapore dengan eksebisi dan kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran oleh siswa SD menjadi contoh yang baik pendidikan ke generasi muda. Sedangkan kita sendiri masih lebih menyukai kompetisi yang mengandalkan tampang dan menghamburkan uang lewat sms polling.

Mudah-mudahan masyarakat kita bisa segera sadar untuk “kembali ke jalan yang benar” membenahi otak kiri dan kanan generasi muda kita. Dan mulai meninggalkan kompetisi berhadiah besar yang berkutat di wilayah user interface (baca: pakaian indah, wajah cantik atau tampan) yang kadang semu. Ingat masih banyak anak muda kita yang meskipun bertampang “kutu kupret” tapi punya kreatifitas dan kecerdasan otak seperti Jerry Yang, Larry Page atau Sergrey Brin. Cuman kadang orang-orang seperti ini tidak bisa bersekolah tinggi karena kendala finansial. Ditambah lagi pasti gugur di babak awal kalau ikutan kompetisi masuk TV. Kalaupun ada yang bernasib baik menjadi pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja, hadiahnya biasanya impas dengan modal beli buku, tiket pesawat dan nraktir temen sekelas.


Teman-teman wartawan dari beberapa media massa ternyata hadir di acara ini. Liputannya bisa dilihat dari beberapa link di bawah. Sebenarnya saya hanya sedikit menyinggung tentang masalah pornografi sebagai satu efek negatif Internet masuk Sekolah. Hanya saya lihat fokus liputan teman-teman wartawan malah di sisi Pornografinya